Author: Ditdit Nugeraha Utama
@Göttingen,
Germany
Bismillah...
Sendiri, tetapi sangat ku syukuri; itulah
waktu yang aku habiskan di malam dan pagi hari tahun baru ini. Tidak ada yang
spesial, karena – memang – tahun baru masehi tidak pernah aku anggap spesial. Hanya
pergantian hari biasa, tanpa ada makna – nyata – apa-apa di dalamnya. Berbeda dengan
tahun baru Hijriah, karena ada sebuah makna besar terkandung di dalamnya. Makna
convert dan makna change, menjadi ilham yang sangat penting untuk kita ejawantahkan di
berkehidupan kita; karena perubahan menuju kebenaran dan perbaikan, haruslah
dijaga momentumnya di setiap saat pada hela dan hembus nafas kita. Peka hati, buka
mata, buka telinga, analisis dan manfaatkan akal untuk mencerna dan memahami,
lalu kemudian gerakkan seluruh anggota badan ini dengan sadar untuk berubah,
sebagai bukti ketertundukan kita kepada ZAT pemilik jagat ini; merupakan
implementasi makna hijrah yang diusung oleh Rasul pada belasan abad yang lampau,
yang terkandung pada makna tahun baru hijriah.
Namun tahun baru masehi ini, tidaklah
mencerminkan apa-apa selain pesta dan hura-hura. Pesta kembang api, musik
hingar-bingar, tertawa terbahak-bahak sambil menenggak minuman haram, bersenda
gurau hingga malam berganti serta subuh menjelang; adalah aktivitas yang lumrah
dilakukan di malam pergantian tahun baru masehi ini. Padahal, di belahan bumi
lain, intimidasi akidah yang sangat luar biasa sedang terjadi. Padahal, di
belahan bumi lain, ada segelintir orang yang dibunuh sadis dengan cap teroris
tanpa bisa membuktikan apa-apa. Padahal, di belahan bumi lain, masih banyak
anak-anak yang perutnya buncit karena busung lapar. Padahal, di belahan bumi
lain, sebagian orang bersimbah darah hanya untuk mempertahankan sepetak
tanahnya atau harga diri bangsa dan syariah agamanya, yang dirampas oleh
sebagian orang terlaknat. Padahal...
Ya ALLAH. Aku hanya bisa mengusap
dada. Karena – kadang – lantang teriakku pun tanpa suara sudah; kadang –
nyaring ucapku pun tak terdengar sudah; kadang – keberadaanku pun – seperti –
tidak membawa manfaat apa-apa sudah. Aku hanya bisa mengelus dada, menghela nafas sangat dalam, serta tersungkur sujud
di atas sajadah tafakur, untuk mengakui beribu khilaf, dosa dan alpa yang telah
aku perbuat; dengan menatap ke depan, yang hakikinya masih ada ribuan bahkan
jutaan aksi yang harus aku perbuat untuk sebanyak-banyaknya kebaikan manusia
dan alam; sebagai bukti syukurku. Syukur, karena ALLAH telah menetapkanku
seperti ini. Terima kasih ya ALLAH...
Sendiri, tetapi sangat ku syukuri; itulah
waktu yang aku habiskan di malam dan pagi hari tahun baru ini.
Alhamdulillah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar